$type=slider$snippet=hide$cate=0$show=home

Kawah Rinjani, sebuah Catatan Perjalanan

Bunga Edelweis di Gunung Rinjani by Puji Rahayu Gunung Rinjani (3.726 mdpl) sebelum melangkah pertama, sebaiknya anda membaca catatan pe...

Bunga Edelweis di Gunung Rinjani by Puji Rahayu
Gunung Rinjani (3.726 mdpl) sebelum melangkah pertama, sebaiknya anda membaca catatan perjalanan ini yang secara khusus ditulis oleh Puji Rahayu untuk berbagi pengalaman selama melakukan perjalanan bersama tiga rekannya melalui jalur Torean, jalur alternatif selain Senaru dan Sembalun. Silahkan menyimak hari demi hari dan waktu demi waktu kisah petualangan mereka.

15 Juli 2010
Tim akhirnya fixed 4 orang. Aku, Botok, sis Endo, Bogang (anak JS IKIP Negeri Malang).
Bakda Isya, kami menuju desa Bayan di kaki Rinjani, dan rencananya bermalam di rumah salah seorang rekan. Mas Anes namanya. Setelah terguncang guncang dalam mobil sewaan seharga Rp. 300.000,- (bener bener deh, lubang aja ama sopirnya disikat dan membuat tidurku yang separuh sadar tersentak), jam 22 lebih kami sampai di rumah mas Anes. Kaget dengan adanya tenda yang terpasang, rupanya akan ada peringatan 7 bulanan besok Sabtu ini. Dan sebagai salah seorang yang memiliki kemampuan ekonomi diatas rata rata masyarakat sini, acaranya adalah acara besar seperti kondangan (bilangnya seh cuman menggumpulkan keluarga).

Perjalanan Hari Pertama menuju Puncak Rinjani
Ngobrol ngobrol soal jalur, mas Anes agak keberatan kami melewati jalur Torean karena barusan ada informasi hasil survey mahasiswa pencinta alam yang menyatakan pada beberapa titik jalur rusak. Jalur resmi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) sebenarnya adalah lewat Sembalun atau Senaru. Karena beberapa alasan, kami memilih jalur Torean (jalur penduduk) yang berada di antara kedua jalur resmi tadi. Kami segera membongkar barang untuk mencari tali yang bisa dimanfaatkan dalam kondisi darurat.

Aku memang membawa webbing, tapi, itu adalah webbing jaman sekarang yang aku sendiri kurang yakin dengan kualitasnya. Itung itung, ada beberapa tali yang bisa dimanfaatkan dan didobel untuk lebih meyakinkan kami. Done….kita tetap lewat jalur Torean. Untunglah kami bertemu dengan Kepala Resort Senaru malam itu di rumah mas Anes, sehingga informasi tentang pendakian kami sudah diketahui.

16 Juli 2010
…Tinggalkan saja kesombonganmu disini, masuki hutan dengan kekusyukan anak telanjang, yang tidak tau apa apa tentang kehidupan….
07.00 kami sudah bersiap, dengan ojeg sekitar 60 menit seharga Rp. 25.000,- per pac, jalan makadam menanjak yang kondisinya membuatku harus berpegangan pada tukang ojeg, kami menuju ke desa Torean. Kami sempat mampir melakukan ziarah keimanan (he he) dengan menyambangi sebuah masjid tua yang didirikan sekitar abad 17. Masjid Bayan Beleg namanya. Dengan atap ilalang dan lantai dari tanah, bangunan masjid lebih mirip model rumah joglo daripada rumah sasak. Ini salah satu lokasi dilakukannya ritual untuk peringatan peringatan tertentu.


Masjid Bayan Beleg, Saksi sejarah masuknya Islam di Lombok
08.25 kami akhirnya kami sampai di desa Torean. Dengan peralatan dan model baju kami, penduduk langsung mengetahui bahwa kami adalah ‘pendaki’ (ha ha ha, malu pake istilah ini mengingat kemampuan kami) dan seorang tetua desa langsung mencarikan porter buat kami. Desa Torean, namanya hampir mengingatkanku pada nama Lorien, sebuah pemukiman para peri dalam Lord of the ring.

Sayangnya, Torean ini phisicly sangat jauh berbeda dengan Lorien. Disini, penduduk desa hidup dalam garis sangat sederhana (klo tidak bisa dikatakan dibawah garis kemiskinan), dengan perempuan muda belasan tahun dan bayi ingusan (bener bener ingusan), mengorek ngorek tanah sementara emaknya membersihkan sayur. Ada sebuah masjid yang cukup besar, dan sebuah sekolah dasar. 2 orang laki laki local segera datang tak lama kemudian, omong omongan soal harga, deal Rp. 70.000,- per hari per orang, carrier kami segera masuk karung untuk dipikul. Ha ha ha…..

Jalur Pendakian menuju Camp Pertama di Propog
09.20, Bismillahirohmanirohim, kami meninggalkan Torean dan memulai perjalanan kami. Melewati ladang penduduk, kopi yang belum berbunga, ladang jagung, kesunyian segera menyelimuti kami semua. Hah…emang udah tua, bahkan tanpa beban carrier pun, kami nggos nggos an….dasssaaaaarrrrr…….temanku bilang, ini pendakian teryahut (gara gara carrier dibawa porter). Sebenarnya rute siang ini tidak terlalu menanjak, cuman memang faktor usia tidak bisa berbohong. Jalur lumayan saja. Hutan tropis kering, pohon pohon besar tidak terlalu banyak.

13.00 kami sampai di tempat untuk istirahat dan sholat dengan air yang mengucur berlimpah. Camp Berisan Nangka (Greneh) bisa digunakan untuk 2 sampai 3 tenda klo bermalam.

14.00 kami melanjutkan perjalanan dengan medan tetap. Baru jam 16.00 kami menemukan cuilan surga sedikit, sebuah air terjun setinggi 300 meter lebih ada di sisi sebelah kiri jalur kami, langsung berbatasan dengan terbing curam dan membuatku terbengong bengong menyebut asmaNya. Subhanallah…..Air terjun Penimbung, namanya, aliran airnya kehijauan, membuncah ke lembah dengan kekuatan penuh dan membuih jauh dibawah sana, kemudian menghilang kembali dalam lekukan punggungan gunung. Lokasi kami berhenti persis di bibir tebing, dengan sedikit tempat datar yang biasanya digunakan untuk upacara para pemeluk agama Hindu.

Air Terjun Penimbung
Gunung gemunung dan tebing terjal menyembunyikan air terjun cantik ini, membuatnya kelihatan seperti perawan yang belum tersentuh kehidupan. Cukuplah beberapa saat kami menikmati dan mengabadikannya, karena setelah ini informasi jalur agak menghawatirkan dan kami harus melewatinya sebelum gelap. Jalur ektrem mulai bermunculan dengan adanya tangga kayu yang dibuat penduduk local untuk merayap naik beberapa meter tingginya. Kami bergantian menaikinya dengan konsentrasi penuh (maklum), sementara mereka, satu tangan memegang tangga, satu tangan memegang pikulan beban. Dan dalam melipir punggungan dengan sisi kiri jurang terjal, enteng saja kaki bersandal jepit itu melangkah.

Aku sempet terpisah dari tim karena ingin mengejar mereka, dan akibatnya, ketika hari mulai temaram, dengan segala macam doa yang aku bisa aku terus mengejar mereka (daripada menunggu tim yang lain di belakang). Suara air sungai kencang terdengar….untung langit masih menyisakan warna ‘blue hours’…membantuku tanpa senter menemukan jalan. Akhirnya pukul 18.00 aku mencapai camp Propog.

Camp Propog - Rinjani Mataram
Camp ini persis di pinggir sungai, di ujung lembah dimana depanku tebing tinggi menjulang. Sebalah kanan kami adalah puncak Sangkareang, mulai menghitam dengan hiasan bulan sabit di pucuknya. Karena pertimbangan safety, belum sempat aku mendokumentasikan bulan sabit itu karena aku harus meminta porter membongkar barang, memberikan instruksi singkat dan segera membuat perapian, menyiapkan minuman untuk mereka yang terseok seok di belakang (aduh…kesannya gimana gituuuuu, ha ha…ampun senior Endo).

Mereka tiba hampir jam 19.00…gelap sempurna sudah datang. Namun, taburan bintang seperti pecahan manik manik berserakan di langit. Api unggun yang kami buat menari nari diantara bebatuan. Suara air sungai menggemuruh dalam kegelapan. Bulan sabitMu perlahan bersembunyi di balik punggungan, menyisakan kerinduanku yang membuncah pelan. Segelas kopi susu dalam belantara, mengikat kami sebagai saudara dalam perjalanan hidup.

Setelah makan dan berganti pakaian, kami menyusup di balik sleeping bag, meluruskan punggung dan mengistirahatkan raga dari beban siang.

17 Juli 2010
Suara beker sholat subuh dari beberapa ha pe masih kami cuekin karena sepertinya belum cukup mata tertutup. Alhasil, kami sholat subuh di kala samar kegelapan tersingkap, dan dengan malu pura pura gak tau jam berapa sebenarnya. Makan pagi menu sereal, mie dan sayur…plus martabak cornet modifikasi.

09.00 kami siap melanjutkan perjalanan menuju Segara Anakan. Jalur curam segera menyambut kami, untunglah kami masih dalam kondisi 100%. Sebelah kiri kami jurang terjal, kanan tebing hampir tegak lurus, dan kami harus menyisir sekitar 2 punggungan dengan rata rat kemiringan 45 derajat untuk mencapai lokasi danau. Medan berupa padang rumput setinggi hampir tubuhku. Angin mulai terdengar menderu deru dari lembah di bawah sana, Langit biru sempurna. Aku memejamkan mata di bawah sinar matahari, membiarkan angin menghantam tubuhku, membiarkan telingaku dibuai oleh suara menderu dan menghirup dalam dalam aroma ilalang.

Jalur Pendakian menuju Segara Anakan
11.00 kami mendapat bonus dengan bertemu lokasi sumber air panas. Sebuah kolam natural hanya dibatasi batu untuk duduk, menggoda kami melepas sepatu, melipat celana dan berendam. Lumayanlah menghemat penggunaan conterpain. He he….hmmmmm…nyamannnnnnn sekali air hangat cenderung panas ini meresap ke dalam pori pori kami. Klo gak ada cowo dan sedikit aja tertutup lokasinya, udah pengin berendam saja dehhh…(pengin seperti bidadari yang bajunya dicuri Jaka Tarup tuhhhh).

Berendam Air Hangat
Setelah cukup berendam, kami segera menapak jalur sebelah kanan menuju lokasi Goa Susu. Lokasi upacara Pakeleman bagi umat Hindu Sasak ini (upacara minta hujan) kami tempuh hanya dalam waktu sekitar 15 menit. Sayangnya yang kami temukan adalah lokasi penuh sampah sisa manusia yang pernah menyambanginya, padahal ini adalah tempat suci bagi mereka. Miris sekali melihatnya.

Jalan menuju Goa Susu
Goa Susu merupakan sumber mata air dengan warna putih seperti susu. Cerukan di tengah tebing yang merupakan lokasi goa, bisa membuat telur mateng karena campuran belerang yang ada di dalamnya. Aku kok kebetulan sedang tidak tertarik mencoba memasukinya, jadi, hanya aku dokumentasikan dari luar saja. Setelah itu kami kembali ke kolam air panas dan mengambil jalur kiri yang merupakan jalur menuju Segara Anakan. Pukul 13.15, akhirnya samar sama warna hijau jamrud air muncul di sela pepohonan….. Oiiiiiiiiiiiiiii….Segara Anakan…aku datang!!

Segara Anakan - Rinjani
Disini baru kami bertemu dengan banyak manusia. Hampir sebagian besar adalah turis asing. Kami segera mencari posisi camp di pinggir danau, berbasa basi dengan para turis, menyapa sesama pendaki lokal yang sedang memancing. Buahnya adalah : seorang cowok mengantar ikan segar seikat tali pancing dan membuat kami bersorak sorak kegirangan. Setelah mendirikan tenda dan makan siang, kami berkeliling mengexplore lokasi sekitar danau, mencari sumber air tawar (air danau banyak kandungan belerangnya), menyambangi kolam air panas Pangkereman dimana beberapa turis Jepang sedang berendam.

Segara Anakan luas membentang. Di sebelah kiri, puncak Rinjani berdiri gagah. Di depan kami, anak gunung Rinjani tumbuh dan membuat kepundan yang samar samar mengalirkan asap tipis (menurut informasi, tahun lalu belum ada kepundannya). Kabut perlahan sudah menutupi pandangan, dan dengan cepat hilang terbawa angin lembah kembali.


Sore hari ketika aku sedang leyeh leyeh setengah terpejam, aku dengar suara gemerutuk seperti suara baling baling pesawat Fokker, dan aku langsung meloncat karena mendengar teriakan dari tenda sebelah, “kamera…kamera…” Anak gunung Rinjani di tengah danau memuntahkan asap letusan yang segera membuatku berlari masuk tenda untuk mengambil kamera.

Anak Rinjani yang sedang memuntahkan letusannya
Subhanallah….kami diberi rejeki dengan secara langsung menyaksikan ‘batuknya’ anak Rinjani. Gak usah besar besar, karena tidak ada tempat berlari. Beberapa turis bule juga berlarian ke tempat kami untuk memotret. Dengan pengalaman itu, aku kalungkan saja kamera sepanjang sore sampai malam. Ha ha ha….dia tidak ‘batuk’ lagi.

Perjalanan Menuju Pelawangan
Udara dingin mulai menyusup, hampir tidak ada kayu kering yang kami temukan, sehingga malam ini berlalu tanpa api unggun layak. Malam hari kami isi dengan mempersiapkan bekal dan makanan untuk besok karena kesepakatan untuk mendokumentasikan Plawangan Senaru sebelum kabut siang datang, sehingga kami deal untuk berangkat jauh lebih awal…jam 06.00. he he he..kita lihat saja..

18 Juli 2010
Aku sudah berkoar koar di hari untuk membuat semua orang melek, tapi dingin air membuat wudlu saja ingin dilakukan dengan tayammum. Halahhhhh….air seluas lembah persis di depan mata kok mau tayammum. Alhasil, kami baru benar benar siap melanjutkan perjalanan jam 08.00. Rencana perjalanan turun gunung kami adalah melewati Jalur Senaru. Puncak masih memanggil manggil di belakangku, tapi kuikhlaskan karena dari awal aku tidak memiliki cukup waktu menyentuhnya (Kalau saja staminaku masih seperti pendaki beneran…ahhh…sudahlah, some other day I’ll come again, insya Allah).

Perjalanan Meninggalkan Segara Anakan
Kami melipir danau dan mengetahui betapa luasnya danau ini sebelum menaiki punggungan menuju Plawangan. Angin masih menderu deru, kondisi yang cukup riskan juga bagi para pendaki yang memaksa ke puncak dari suaranya yang seperti badai. Medan langsung menanjak curam, dengan batuan lepas dan beberapa titik ekstrem yang sangat berbahaya. Aku tidak membayangkan bagaimana naik lewat jalur Senaru kemudian dari Plawangan menuruni jalur ini menuju danau. Jelas aku lebih yakin kemampuanku saat naik jalur daripada turun. Kami banyak berpapasan dengan turis asing, dan dengan bahasa inggris yang berlepotan kami saling menyapa.

09.45 separo jalur terlewati, dan aku mencapai Batu Ceper. Konon ada makam keramat disini, tapi aku tidak bisa menemukannya. Angin masih mendominasi suara di sekelilingku. Edelweis kuncupnya malu malu tersebar diantara bebatuan, menghiasi punggungan dengan anggun dan tegar. Ilalang terus berayun terhempas angin, lentur saja hampir menyentuh tanah, kemudian tegak kembali. Ah…kekuatan ilalang. Ia bisa tumbuh bahkan di tempat dimana pohon lain tak mampu menancapkan akar. Ia bisa menghadapi badai dengan kepasrahan total untuk kemudian kembali berdiri, ia bisa bertahan menahan panas matahari, dan tidak tercerabut oleh hujan.

Dari batu Ceper ini, hampir separo danau kelihatan. Dan itu sangat menakjubkan. Aku semakin bersemangat menapak jalan karena ingin menyaksikan bagaimana mataku merekamnya nanti di Plawangan. Dua tebing cukup berbahaya terlewati, sampai akhirnya pukul 11.45 aku tiba di Plawangan. Dua orang rekan yang jalan duluan sudah mengoceh karena lambatnya aku berjalan. Tentu saja aku memakai alasan mengambil spot sebagai bahan menghindar kenapa aku lelet pagi ini (dan itu benarrrrrrr, he he he).

Sekitar 30 menit aku mengabadikan Segara Anakan dari Plawangan. Subhanallah.......danau berwarna zamrud...dalam bentangan langit yang membiru, padang rumput dibawahku, puncak Rinjani yang menjulang, Anak Rinjani yang mengepulkan asap tipis, awan yang berarak perlahan....Dadaku sesak, nafasku tercekat....sebuah perasaan yang selalu kurasakan kala aku tak mampu menyatakan betapa keindahan itu mewarnai hidupku. Ya Allah....ya Allah....betapa aku merasa aniaya karena masih juga mendholimi diri sementara cintaMu nyaris terlupakan. Kupejamkan mataku dan kubiarkan memori ini merasuk...sebelum akhirnya aku harus turun.

Perjalanan turun kami berlangsung secepat kami mampu melakukannya...hutan tropis kering tetap mendominasi sampai kami tiba di pos III, pos II, pos I dan akhirnya Pintu Resort Senaru, jam 19.00 hari itu.
Perasaanku seperti tertinggal di belakang Kehidupanku menanti untuk kulanjutkan
Terima kasih kepada :
Beloved Mom, yang membiarkan aku gak pulang
Sis Ineng dan Sis Nana, yang menampung kami selama di Mataram
Botok, Sis Endo dan kang Bogang, tim solid yang diantara kesibukannya menemaniku merambah hutan
Kang Porter, yang membuatku merasa seperti turis dengan tidak membawa beban
Brader Yulius Bungkang, yang mbelain menjemput malam malam....

Love you All, may Allah blessed you all....

COMMENTS

open trip pulau harapan
open trip pulau tidung
paket open trip pulau harapan
open trip pulau tidung
paket open trip pulau harapan
Nama

aceh,1,adat,3,adventure,30,agenda,12,agrowisata,1,air,2,air terjun,3,aktifitas,1,artikel,13,baduy,3,bahari,12,bali,1,berita,31,biak,4,biak numfor,4,bogor,1,borneo,1,bromo,3,budaya,10,cagar alam,4,camping,3,candi,3,club,2,curug,2,database,20,dieng,2,direktori,21,ekowisata,19,erupsi,6,explore indonesia,7,fauna,6,festival,5,gallery,37,gili,2,green canyon,7,gua,2,gunung,32,gunung indonesia,23,gunung kidul,1,habitat,5,halmahera,1,heritage,6,hidram,1,hiking,3,hobby,2,indonesia,18,internasional,1,jasa,4,jateng,11,jatim,18,jawa,15,jawa tengah,2,jawabarat,17,kabar,43,kalimantan,1,kampung,4,karnaval,2,karst,3,keluarga,15,kliping,4,komodo,1,komunitas,2,konservasi,8,koran,1,krakatau,2,lampung,3,lansekap,9,liburan,17,lingkungan,5,lombok,3,lsm,3,mafif,16,maluku,1,merapi,17,mojokerto,7,musium,2,nusantara,6,olahraga,2,outdoor,4,panduan,2,pangandaran,7,pantai,10,papua,7,pegunungan,3,pelatihan,4,pendidikan,8,penelitian,3,pengetahuan,7,penginapan,6,perayaan,1,perjalanan,23,permainan,1,perusahaan,2,peta,1,produk,1,profil,7,promosi,6,pulau,14,pulau seribu,7,puncak,1,purbakala,6,pusaka,8,rekreasi,16,resort,2,sejarah,13,semarang,2,sepeda,2,situs,3,snorkeling,2,sosok,1,spesies,1,suaka,5,suaka margasatwa,2,sulawesi,2,sulteng,1,sumbawa,1,taman laut,3,taman nasional,11,teknologi,2,tepat guna,2,tips info,4,travel story,28,trawangan,1,tutorial,1,ujung genteng,3,ujung kulon,1,unesco,1,unggas,2,untung jawa,2,urban,1,video,1,visit,9,wana wisata,4,website,4,weekend,13,wisata,20,wisata alam,23,zonasi,2,
ltr
item
dari Sabang sampai Merauke: Kawah Rinjani, sebuah Catatan Perjalanan
Kawah Rinjani, sebuah Catatan Perjalanan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibhZWfrqu9DXzflqkNhtZq-28Lw2H8VTz3DVKhZzJrBVMkyIMxAs_crqSGGEmxNuuhBogn-X79OWMcz5Fgc9aWEp89FqHL3VRvu5OKsOj3n3aMAUyt5BRvd8-kmAmogetaONh1PQ_9QLZ9/s500/edelweis_rinjani.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibhZWfrqu9DXzflqkNhtZq-28Lw2H8VTz3DVKhZzJrBVMkyIMxAs_crqSGGEmxNuuhBogn-X79OWMcz5Fgc9aWEp89FqHL3VRvu5OKsOj3n3aMAUyt5BRvd8-kmAmogetaONh1PQ_9QLZ9/s72-c/edelweis_rinjani.jpg
dari Sabang sampai Merauke
https://www.khatulistiwa.info/2012/02/kawah-rinjani-sebuah-catatan-perjalanan.html
https://www.khatulistiwa.info/
https://www.khatulistiwa.info/
https://www.khatulistiwa.info/2012/02/kawah-rinjani-sebuah-catatan-perjalanan.html
true
1620220249560247209
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy Table of Content